Cari Blog Ini

Selasa, 11 Januari 2011



                VIOLETTA
 

       Tam tat taaa taram taram taraaam. Nada-nada itu sering berputar di telingaku tanpa aku tahu siapa yang memainkannya. Nada itu terus berputar membentuk satu rangkaian ucapan kalimat. Ketika aku menolehkan mataku kepada sebuah kotak biola yang ada di ujung kamar, dia berkata, "Selamat Pagi :)"

  
       Biolaku namanya violetta. Kuberikan nama demikian sebenarnya tanpa sebab. Violetta lahir tahun 2005 dan memang dia lahir bukan dari seorang maestro biola yang tenar. Dia berasal dari keturunan kayu yang biasa saja. Kayu muda yang dipotong-potong kemudian dirangkai menjadi satu. Buatannya pun tertulis buatan China dan lima tahun yang lalu aku membelinya seharga Rp. 600,000.00. Cukup murah jika dibandingkan dengan biola-biola lain yang biasanya sampai jutaan rupiah harganya. Mereknya Cremona. 


       Violetta menjadi biola pertamaku. Dia terus menemaniku mulai dari aku tidak bisa membunyikan satu nada dengan baik dan benar hingga aku bisa melantunkan melodi-melodi indah karya-karya besar para composer kenamaan. Violetta seperti seseorang yang belum pernah kutemukan batas kesabarannya.


       Dia lebih mirip seorang wanita, karena bentuknya yang anggun, lekukan tubuhnya yang simetris, suara dawainya yang melengking indah, dan juga gayanya berdiri baik dengan posisi tidur maupun dengan posisi vertical. Dia juga cukup riskan dengan beberapa hal tertentu, seperti tidak boleh terkena air atau minyak, terkena panas atau dingin yang ekstrem, jatuh terbanting, terantuk benda keras atau kotor. Ya, dia seperti seorang gadis yang harus diberi perhatian. Terkadang Violetta sering menembus batas pikiranku, dan beberapa kali aku berandai-andai bagaimana jika suatu saat dia benar-benar hidup sebagai seorang wanita? Apa kalimat yang akan diucapkan kepadaku? Apakah ia akan berpaling dariku jikalau suatu saat aku berpaling darinya?


       Pertanyaan pertama memang jelas jawabannya tidak, tapi jawaban untuk pertanyaan berikutnya aku tak akan menduga-duga. Dalam lamunanku aku membayangkan sebuah petualangan yang menarik dengannya, melewati jalur nada-nada yang meliuk-liuk, mendaki curamnya tangga nada, berteriak-teriak dengan lepas dan berhenti dan melompat saat berpapasan dengan tanda berhenti, Mengarungi lautan imajinasi composer lagu dan akhirnya tiba pada satu titik emosi dimana semuanya akan berakhir. Lagu ini berakhir. Namun masih banyak petualangan yang akan kulakukan bersamanya.

      
       Kalimat dapat kau ceritakan tanpa menggunakan mulut, dan diriku kau bawa dalam fantasi imaji sampai….entah sampai kapan yang jelas kita akan berpetualang dalam khayalan nada.


Rabu, 05 Januari 2011

Fakta Ujian

Dalam dunia pendidikan, ujian tentu menjadi even wajib yang harus diadakan guna melakukan evaluasi terhadap hasil belajar dan yang sudah dipelajari di masa lalu. Semua orang yang pernah sekolah atau kuliah pasti sudah akrab dengan yang namanya ujian. Nah, biasanya orang cenderung gugup dan panik saat hari-hari menjelang ujian. Berbagai cara pun dilakukan untuk persiapan ujian. Mulai dari belajar jauh-jauh hari, ngelengkapin catetan (motokopi punya temen, pinjem trus lupa balikin,dsb), belajar sistem kebut semalam atau bahkan modal nekat alias ga belajar apa-apa. Ada juga yang nyiapin rencana A-Z (gabungan beberapa rencana) demi kelancaran ujian. Banyak fakta-fakta yang terjadi selama ujian dan lewat tulisan ini saya mau sharing beberapa pengalaman pribadi dan pengalaman beberapa temen tentang #FaktaUjian tanpa bermaksud menyinggung siapapun.


Fakta 1 : Fakta Nyontek

Nyontek merupakan satu upaya untuk survive yang dilakukan oleh individu, atau antar individu atau antar kelompok saat ujian dengan cara-cara tertentu. Ada dua kategori nyontek menurut saya. Pertama adalah penyontek aktiv dan penyontek pasif. Penyontek aktiv biasanya punya beberapa persiapan kayak misalnya potokopian diperkecil, nyalin ulang catetan, taroh jawaban di bagian tubuh/alat/perlengkapan tulis tertentu, ke wc untuk cari-cari jawaban atau pake media komunikasi macem googling, dll dan kemungkinan juga jawabannya beda dengan orang lain (tapi mungkin sama dengan jawaban sumbernya). Dan penyontek pasif yang saya sebut free-rider itu cenderung gak modal apa-apa dan biasanya ngikutin jawaban temen sebelahnya aja. Itulah kenapa disebut free-rider (penumpang gratis). Kegiatan ini cenderung membutuhkan kelengahan pengawas.
*info kejujuran penulis blog*
Pernah melakukan/tidak : pernah (baik sbg penyontek aktiv individu, antar individu, antar 
                                             individu kelompok dan sbg free-rider)
Seberapa sering nyontek: dulu sering tapi sekarang berkurang pas ujian kuliah (cieee... *jalan 
                                              menuju tobat*)
Gimana rasanya nyontek : Seru, tegang, ga bikin ngantuk pas ujian
Pernah Ketauan gak        : Pernah sekali trus jeblok -_-
Komentar                           : Jujur saya kagum sama para ekspertis nyontek. Mereka nyontek 
                                               dengan ekspresi polos dan datar. kecepatan mata dan tangan 
                                            tinggi, kelihaian merubah mimik wajah dan santai banget waktu            
                                          nyontek. Ekspertis seperti ini pasti punya jam terbang yang tinggi 
                                           dalam hal nyontek.


Fakta 2 : Mengarang Indah
Untuk mengarang indah, dibutuhkan kelihaian dalam mengolah kata dan kalimat agar kelihatannya masuk akal dan sekilas terlihat brilian soalnya jawabannya cenderung rada panjang dan penuh. Mengarang indah biasanya dilakukan dengan cara mengartikan istilah atau kasus yang ditanya dengan common sense yang dimiliki pengarang. Dalam sistem mengarang indah, jarang didukung dengan teori sesuai dengan yang ada di buku sumber bahan ujian dan biasanya rada stuck kalo ternyata istilah yang ditanya artinya beda jauh. Mengarang indah mungkin juga sebagai ujian seberapa imajinatifkah anda dalam menciptakan jawaban. Mujur kalo ternyata karangan kita diterima dan diapresiasi sama dosen. Tapi usaha jenis ini sulit dilakukan pada jawaban quantitatif.
*info kejujuran penulis*
Pernah melakukan/tidak : pernah ( biasanya pas kondisi stuck)
Seberapa sering ngarang: cukup sering
Gimana rasanya ngarang: biasa, capek malahan
Pernah Ketauan gak       : sering dan hasilnya biasanya predictable, yap.. jeblok -_-
Komentar                          : biasanya kurang efektif untuk ngarang yang jawabannya punya rumus 
                                           pasti (matematis)


Fakta 3 : Tata Bahasa dan Bagusnya Tulisan
Dalam aturan tulis menulis biasanya pake tata bahasa yang diusahakan sebaku-bakunya. Ternyata tata bahasa dalam ujian punya peranan juga dalam menentukan nilai akhir. Menurut saya akar masalah dalam penulisan tata bahasa adalah tingkat pemahaman seseorang pada bahan ujian yang dibaca sebelumnya (kalok baca). Tata bahasa yang amburadul walaupun cenderung mengundang nilai jeblok bersarang di kertas ujian kita. Sama halnya dengan Bagus atau tidaknya tulisan. Yaa walaupun menurut saya bagusnya tulisan gak pengaruh ternyata cukup punya pengaruh juga dalam sistem penilaian. Tulisan bagus+bobot jawaban tinggi biasanya dikasih nilai bagus tapi percuma juga kalo tulisannya bagus tapi bobot jawaban ga ada, nilainya jeblok juga kayaknya.
*info kejujuran penulis*
a. Pernah beberapa kali dapet jeblok gara-gara tata bahasa amburadul jadi yang ngecek gak ngerti isi jawaban saya padahal udah belajar semaleman.
b. Nilai sering dikurangin gara-gara tulisan lebih mirip sandi rumput daripada alphabet dan benci sama aturan nilai akan dikurangi kalo tulisan jelek. Menurut saya sebuah jawaban brilian tidak tergantung pada bagus/tidaknya tulisan tapi lebih pada bobot dan konten jawaban.


Fakta 4 :Perlunya Tingkat Akurasi Tinggi Dalam Menafsirkan Soal
Penafsiran soal perlu tingkat akurasi yang tinggi soalnya percuma kalo udah belajar sampe mata diganjel tusuk gigi tapi besoknya ga bisa menafsirkan soal dengan baik. Salah jawab biasanya jadi pemicu utama datangnya nilai jeblok, dan nilai jeblok gara-gara salah jawaban biasanya melahirkan rasa sakit hati yang cukup lumayan juga.
*info kejujuran penulis*
a.  Pernah dapet jeblok gara-gara salah jawab padahal udah belajar semaleman dan itu bikin sakit hati 
     banget. 
b.  Saran, sebaiknya soal dibaca pelan-pelan atau dibaca berulang kali. Cocokkan antara soal dengan pikiran dan contekan. Kalo gak tau juga mau jawab apa, mungkin googling bisa membantu. Kalo gak bisa ngapa-ngapain boleh juga nyetel lagu gugur bunga.


Fakta 5 : Perintah Soal Sering Diabaikan
Perintah soal kalo bisa dibaca dulu sebelum dijawab soalnya. Karena ada aja dosen yang bener-bener disiplin dengan tata aturan dan birokrasi dalam menjawab soal.
*info kejujuran penulis*
a.  Pernah dapet jeblok gara-gara mengabaikan perintah soal, yakni 'beri warna pada bagan dan gambar', tapi yang saya lakukan malah mewarnai semua tulisan karena mitos yang beredar dosen ini suka warna-warni dan nilainya biasanya bagus kalo ujiannya warna-warni. Ternyata gak selamanya demikian.


Fakta 6 : Nilai Random Pada Beberapa Pengampu
Yakin itu sah-sah saja, tapi kadang yakin dapet nilai bagus itu bisa jadi kenyataan yang tragis kalo ternyata dapetnya malah jeblok. Beberapa pengajar memang kadang gak bisa ditebak kriteria pastinya dalam menilai suatu jawaban. Yakin dapet nilai bagus ternyata nilainya anjlok, dan yang pesimis dapet nilai bagus mungkin malah dapet nilai bagus. Apalagi kalo hasil ujian adalah otoritas tunggal dari dosen, yang ada tinggal merana dalam gubuk derita kalo dikasih nilai anjlok.
*info kejujuran penulis*
a.  Pernah dapet dosen yang nilainya agak random dan pastinya jeblok -_-


Fakta 7 : Peminjam Catatan Kita (kalo ada) Kadang Dapet Nilai Lebih Bagus Dari Kita
Naa kalo ini bikin sakit hati juga, soalnya sumbernya sama tapi nilainya lebih bagus daripada kita. Mungkinbeberapa faktor di atas juga menentukan kayak misalnya tata bahasa, rapinya tulisan atau mungkin kemujuran. Pernah ngalamin kayak gini tapi disini nilai saya ngepas sedangkan si #NoMention itu nilainya tinggi. Sigh.


Fakta 8 : 'Aku Gak Ngerti', Tapi Dapet Nilai Tinggi
Kalo kasus ini saya agak jarang menemui. Entah karena gak mau dibilang sombong atau gak mau ditanya-tanyain, dsb. Kadang orang-orang tertentu yang pinter gak mau rempong ditanya-tanyain sama orang lain. Jawabnya simpel, "aku gak bisa kooook" *dengan wajah polos* tapi ternyata dapet A. Bolehlah bagi-bagi ilmu dikit lagian juga kan ga minta tuker otak ini *pernah ngalamin*.


Beberapa fakta di atas yang jelas pernah saya temui selama saya sekolah dan kuliah. #FaktaUjian yang saya tulis di atas berdasarkan pengalaman pribadi dan tanpa maksud menyinggung siapapun, tapi saya hanya menulis apa yang saya temui di lapangan. Ujian itu emang jadi momok buat sebagian besar orang, berbagai cara dilakukan untuk memperlancar proses ujian, dan sampai saat ini pun saya juga masih mencari cara mana yang cocok buat saya. Fakta-fakta dalam ujian ini hanya sekedar sharing yang juga akan saya ingat sebagai kenangan masa sekolah waktu saya berada di lain waktu.